KADER PARTAI AMANAT NASIONAL UTAMA ANGKATAN KE IV 2004   

Jumat, Desember 10, 2010

Demokrat Tanpa Keraton Yogyakarta


jUM'AT, 10 DESEMBER 2010, 00:22 WIB
GBPH Prabukusumo sebelum kembalikan kartu anggota Demokrat (Antara/ Regina Safri)
VIVAnews - Gusti Bendoro Pangeran Haryo Prabukusumo menepati janji yang disampaikan Rabu malam. Kamis, pukul 11.00, adik satu ayah lain ibu Sri Sultan Hamengku Buwono X ini mendatangi kantor Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat. Kepada Djoko Suwindi, sesepuh Demokrat Yogyakarta, Prabukusumo memulangkan kartu tanda anggota partai pemenang Pemilu 2009 itu.

Prabu memilih mundur dari keanggotaan partai sekaligus berhenti sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Yogyakarta Partai Demokrat. Sebagai putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prabu menilai kebijakan Partai Demokrat terkait Rancangan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta tidak lagi sesuai dengan hati nuraninya. Ayahnya memperjuangkan keistimewaan Yogyakarta, sementara Demokrat akan "mempreteli"sebagian keistimewaan itu.

“Saya tidak ingin menjadi anak durhaka karena mengingkari perjuangan ayah saya. Saya tidak ingin menjelekkan partai sehingga saya memilih mundur,” kata Prabu usai menyerahkan kartu anggota, Kamis 9 Desember 2010 siang itu.

Dan langkah Prabu ini diikuti sejumlah kader Demokrat. Setidaknya dua kader Demokrat ikut mengundurkan diri yakni Faraz Umaya, Wakil Ketua IX bidang Sosial dan Bencana, dan Lulu Budiharjo, sekretaris bidang IX.

Djoko Suwindi, sesepuh DPD Partai Demokrat DIY, menyatakan pengunduran Prabukusumo merupakan pengunduran diri pertama kali yang dilakukan oleh kader sekaligus ketua DPD Partai Demokrat DIY. ”Saya sangat terharu dan saya merasa kehilangan dengan mundurnya Gusti Prabu,” ujarnya.

Menurutnya, Prabukusumo adalah sosok pejuang partai dan perjuangannya telah terbukti. ”Kami sangat kehilangan, namun kami juga menghormati hak politik beliau," kata dia.

Besarkan Demokrat

Pernyataan Djoko tak main-main. Di bawah kepemimpinan Prabukusumo, Partai Demokrat berhasil menjadi pemenang Pemilu di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan meraup 327.799 suara atau 18,7 persen, mengalahkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang meraih 274.679 suara (15,6 persen). Roy Suryo pun melenggang masuk Senayan sebagai calon anggota DPR dengan suara terbanyak dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kemenangan Demokrat dalam Pemilu ini berlanjut dalam Pemilihan Presiden. Calon Presiden dan Wakil Presiden yang didukung Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, meraup suara terbanyak yakni 1.219.187 suara atau 61,71 persen dari suara yang masuk. Pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto di posisi kedua dengan 28,1 persen dan berikutnya, Jusuf Kalla-Wiranto 10,19 persen.

Roy Suryo, saat dihubungi VIVAnews, menyatakan Gusti Prabukusumo mundur dari Demokrat karena berada di posisi yang sulit. Di sisi lain, Prabukusumo merupakan Rayi Dalem, adik langsung dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. "Beliau berkewajiban menjaga harkat dan martabat Keraton," ujar Roy.

Namun, apakah mundurnya Prabukusumo ini bisa membuat suara Demokrat di DIY kempes? "Saya berdoa saja, agar semua pihak diberikan jalan terang. Tidak perlu mencari kesalahan siapa. Kalau suara Demokrat turun, saya menyerahkan semata pada rakyat," ujar Roy yang terhitung masih kerabat Pura Paku Alam itu.

Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menilai mundurnya Prabukusumo dari Demokrat akan merugikan partai terbesar itu. "Bagaimanapun juga, Prabukusumo itu sejak lahir sudah menjadi keluarga kerajaan, jauh sebelum dia menjadi anggota Demokrat. Mundurnya Prabu ini sangat merugikan Demokrat secara psikologis dan simbolik," kata Burhanuddin.

Namun, Burhan tak sepakat bahwa keberhasilan Demokrat pada Pemilu 2009 di Yogyakarta karena faktor kepemimpinan Prabukusumo semata. Menurut Burhanuddin, kemenangan Demokrat pada 2009 lalu di Yogyakarta lebih karena faktor fenomena nasional. "Perolehan Demokrat secara umum di 2009, termasuk di Yogyakarta, itu lebih didorong fenomena nasional. Bukan faktor lokal. Itu  pemilu-nya SBY," ujar Burhan.

Demokrat Tanpa Keraton

Menurut Burhanuddin, Prabukusumo pasti akan dilirik partai-partai besar, seperti Golkar dan PDI Perjuangan. Meski tidak perlu saat ini 

untuk merekrut Prabu Kusumo, tetapi upaya itu sebaiknya dirintis sejak awal. "Saya kira partai besar non-Demokrat memiliki kepentingan untuk merayu Prabu Kusumo. Tapi saya pikir, Prabu juga tidak mungkin dalam waktu dekat pindah partai. Nanti akan dicap kutu loncat," ujar dia.

Salah satu Ketua Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, mengakui peran Prabukusumo di tengah masyarakat Yogyakarta. Jelas Priyo terkesima dengan mundurnya Prabu. Lalu, apakah Golkar akan menawarkan posisi pada Prabukusumo? "Ini masalah sensitif. Kami tidak mau komentar masalah itu," Priyo menjawab singkat.

Pengamat politik LIPI Lili Romli menilai bahwa langkah Prabukusumo penting untuk bahan evaluasi dan renungan Partai Demokrat. "Apakah Demokrat setelah ini akan tetap bertahan dengan pandangannya (soal RUUK DIY), atau tidak," ujar Lili.

Sekretaris Demokrat DIY, Agus Bastian, sendiri menyatakan, mundurnya Prabukusumo tidak akan mempengaruhi roda organisasi partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono ini. Agus juga menegaskan, meski Prabukusumo mundur, DPD Demokrat DIY tetap mendukung keistimewaan Yogyakarta dalam hal penetapan Sultan sebagai Gubernur.

Agus menyatakan sebagai anggota DPR, meski bukan anggota komisi II yang nantinya membahas RUU DIY, tetap akan dapat mengawal pembahasan dengan menunjukkan sikap saat RUUK DIY dibawa ke Sidang Paripurna DPR.