YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga terpaksa harus berdesak-desakan mengungsi ke lokasi lebih aman di Gelanggang Olahraga (GOR) Universitas Islam Indonesia (UII) di Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Namun, suasana cukup kondusif di tengah listrik padam.
Meski di GOR UII jumlah pengungsi cukup padat, sama sekali tidak ada kepanikan yang mengakibatkan suara gaduh. Melainkan, suasananya cukup hening. Pihak kampus UII menggunakan lilin sebagai alat penerangan. Sementara, sejumlah mahasiswa tampak menyiapkan teh hangat untuk para pengungsi yang kedinginan.
GOR UII yang berjarak lebih dari 20 kilometer dari puncak Merapi dipilih menjadi pusat pengungsian selain Stadion Maguwoharjo. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya telah menyeluarkan peringatan radius bahaya naik dari 15 km menjadi 20 km.
Arus kendaraan bermotor, baik mobil pribadi, truk, bus, dan sepeda motor masih terus mengalir dari atas menuju ke titik lokasi lebih aman yang sudah ditentukan. Dengan menggunakan senter, sejumlah petugas keamanan dan relawan tampak masih berada di sisi jalan untuk memandu eksodus para pengungsi secara besar-besaran itu. Sesekali, suara gemuruh juga masih terdengar jelas di telinga. Hujan abu disertai pasir dan kerikil pun berangsur-angsur mulai reda.