April 07, 2011 23:11 |  Partai
Seputar-indonesia.com - Dewan Perwakilan  Rakyat (DPR) memutuskan melanjutkan pembangunan gedung baru yang selama  ini dikritik publik.Keputusan itu diambil DPR meski pada hari yang sama  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan perlunya  penghematan anggaran.
Dalam rapat  pengambilan keputusan hanya ada dua fraksi yang menolak rencana  pembangunan gedung baru DPR,yakni Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN)  dan Fraksi Partai Gerindra. Sementara tujuh fraksi lain mendukung untuk  tetap melanjutkan sesuai proses yang telah berlangsung.Keputusan diambil  dalam rapat konsultasi antara pimpinan DPR, pimpinan fraksi, dan Badan  Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR yang berlangsung tertutup selama sekitar  tiga jam. "Kami putuskan bahwa persoalan gedung tidak dibawa ke  paripurna," kata Ketua DPR Marzuki Alie seusai rapat konsultasi di  Gedung DPR, Jakarta kemarin. Wakil Ketua DPR Anis Matta memaparkan,  dalam rapat konsultasi terjadi perdebatan panjang.
Tetapi,akhirnya  pada kesimpulan bahwa pembangunan gedung baru tetap dilanjutkan. Dia  menjelaskan, berdasarkan urutan pengambilan keputusan baik pada periode  lalu maupun sekarang secara mayoritas fraksi telah menyetujuinya. "Ada  dua fraksi menolak yaitu PAN dan Gerindra. Pada rapat konsultasi Oktober  2010 semua fraksi setuju, tetapi sekarang mereka mundur," kata Anis.  Meski rencana tersebut dilanjutkan, kata dia,DPR masih mengusahakan agar  ada efisiensi anggaran. DPR akan segera berkonsultasi dengan  Kementerian PU yang mengetahui hitungan teknisnya.
Keputusan  ini bertolak belakang dengan imbauan Presiden SBY agar pembangunan  gedung, kantor, dan rumah dinas baik di pusat dan daerah yang tidak  memiliki urgensi ditunda dan dibatalkan. Menurut Presiden, upaya  penghematan dengan membatasi pembangunan gedung, kantor, dan rumah-rumah  dinas. Jika tidak memiliki urgensi, pembangunan fasilitas berupa  pembangunan wisma, rumah dinas,dan gedung perkantoran tidak diperlukan  penambahan. Apalagi, fasilitas yang ada sudah cukup memadai. Presiden  menemukan masih ada gedung dan bangunan yang didirikan baik di tingkat  pusat maupun daerah termasuk dalam kategori berlebihan dan mewah.
Sementara  di sekelilingnya prasarana publik sangat kurang baik, fasilitas  pengadaan air bersih, jalan, puskesmas, sarana, dan prasarana pendidikan  dengan angka kemiskinan di sekitarnya juga masih relatif tinggi. Meski  rencana pembangunan tersebut telah terdaftar dalam Anggaran Pendapatan  dan Belanja Negara (APBN) 2011, pemerintah menginstruksikan pembangunan  gedung dan fasilitas yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak memenuhi  standar kepatutan agar ditunda dulu untuk dilakukan revisi penyesuaian.  "Bahkan kalau memang tidak sangat diperlukan bisa ditunda dan  dibatalkan," ungkapnya.
Berdasarkan data  yang dimiliki, kata Presiden, pada 2011 ini tercatat sembilan lembaga  pemerintah maupun nonpemerintah yang merencanakan pembangunan gedung  yang memerlukan biaya Rp100 miliar lebih.(lihat infografis) ”Kalau dari  segi urutan DPR, MA, Kemenkeu, DPRD, BPK, Kejagung, BPS, Kemendiknas,  KPPU. Kalau saya genapkan 10 Kemenkes. Yang sembilan tadi Rp100 miliar  ke atas,Kemenkes Rp81 miliar.” Pemerintah, kata Presiden, memahami ada  urgensi dalam pembangunan gedung dan perkantoran. Namun, optimalisasi  dan efisiensi harus dikedepankan sehingga perlu dilihat lagi rencana  tersebut. "Saya sungguh berharap DPR juga memiliki cara pandang yang  sama dengan pemerintah dalam efisiensi dan optimasi," paparnya.
Menurut  Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung  Laksono, pernyataan Presiden tidak berarti agar pembangunan gedung DPR  harus ditunda, tapi perlu dipertimbangkan faktor kepatutan dan standar.  "Jadi disesuaikan dengan standar menjadi lebih sederhana. Dibuat dengan  lebih sederhana, fungsional,dibuatdengan standar yang ada," ujarnya di  Kantor Presiden kemarin. Mengenai usulan rencana pembangunan Gedung DPR  pada era sebelumnya, Agung mengaku,saat dirinya menjadi Ketua DPR,itu  baru sebatas desain dan tidak sampai detil. Pada periode lalu, rencana  pembangunan tersebut masih sebatas master belum sampai pada desain fisik  bangunan.
"Waktu itu belum ada grand  design-nya.Tahu-tahu sekarang bikin detil,sampai mau dibangun.Padahal  pada periode lalu, sampai dibentuk soal panitia soal master planini.Kan  ada tiga lembaga di situ,MPR, DPR, dan DPD supaya tidak melanggar. Belum  bicara angka. Kalau sekarang dibangun, sekarang itu tanpa master plan,"  ungkapnya. Terkait pernyataan Presiden, Ketua DPR Marzuki Alie setuju  agar semua lembaga melakukan efisiensi anggaran. Karena itulah, pihaknya  akan berkonsultasi dengan Kementerian PU untuk memastikan bahwa  pembangunan gedung baru DPR tidak mahal.
"Merespons  pidato Presiden, kami akan tanyakan ke PU apakah ini terlalu mahal atau  sudah cukup murah," kata Marzuki. Sementara itu,Wakil Ketua FPAN Viva  Yoga Mauladi mengungkapkan, fraksinya tidak bisa berbuat banyak karena  pada kenyataannya mayoritas fraksi menyetujui untuk dilanjutkan. "Kita  sudah konsisten menolak atau setidaknya menunda dan dilakukan kalkulasi  ulang.Itu tetap kita sampaikan di rapat konsultasi," katanya. Karena  telah disepakati, pihaknya hanya bisa berharap prosesnya nanti berjalan  transparan dan tetap mau menerima masukan publik. Dia juga berharap  lembaga pengawasan seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi  Pemberantasan Korupsi (KPK) ikut mengawasinya agar tidak terjadi  penyimpangan. Senada diungkapkan Sekretaris Fraksi Partai Gerindra Edhie  Prabowo.
Menurut dia, meski fraksinya tetap  menolak, suara mayoritas tidak bisa dibatalkan untuk tetap melanjutkan  pembangunan gedung baru.Padahal,anggaran untuk gedung seharusnya baru  bisa dialokasikan untuk program prioritas yang bersentuhan langsung  dengan masyarakat. Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham mengungkapkan,  semua pihak seharusnya berpikir realistis terhadap kebutuhan Dewan.  Secara realistis DPR memang membutuhkan gedung baru karena yang ada saat  ini sudah tidak bisa menampung orang yang bertugas di DPR. 
 
