KADER PARTAI AMANAT NASIONAL UTAMA ANGKATAN KE IV 2004   

Selasa, Maret 22, 2011

Amerika Mengaku Tak Tahu Posisi Khadafy

SOLIDARITAS KIRI - Aktivis Koalisi Stop Perang beraksi di depan Jalan Downing 10, London, 20 Maret 2011, membawa poster mengutuk serangan pasukan Sekutu, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, terhadap Libya. Sedangkan foto kanan, jenazah tentara pro Moammar Khadafy yang termutilasi akibat serbuan pasukan Sekutu ke wilayah dekat Benghazi, Libya, 20 Maret 2011.
TERKAIT:

WASHINGTON, KOMPAS.com — Militer Amerika Serikat mengaku tidak mengetahui banyak tentang keberadaan Moammar Khadafy setelah gelombang serangan udara dan rudal dilakukan terhadap negara itu.
"Saya tidak mengetahui banyak mengenai lokasi pemimpin Libya itu atau apakah kami melakukan upaya militer terkait hal itu," kata Panglima Komando Afrika AS Jenderal Carter Ham dalam keterangan pers, Senin (21/3/2011).
Dalam intervensi terbesar Barat di dunia Arab sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003, sejumlah kapal perang AS dan sebuah kapal selam Inggris menembakkan lebih dari 120 rudal jelajah Tomahawk ke Libya pada hari Sabtu.
Pesawat-pesawat tempur Perancis juga melancarkan serangan udara. Salah satu serangan itu menghancurkan bangunan di kompleks Khadafy di Tripoli, yang menimbulkan pertanyaan mengenai apakah ia telah menjadi sasaran dalam serangan Barat.
Jenderal Ham menyatakan, serangan udara dan rudal bertujuan menghancurkan pusat komando dan pengawasan pasukan Libya. "Kami juga telah mencapai hasil yang cukup berarti dalam hal itu," tambahnya.
Jenderal senior tersebut juga mengatakan, pasukan AS tetap berpegang pada sasaran militer terbatas di Libya dan tidak memiliki misi untuk mendukung serangan darat yang dilakukan pasukan perlawanan Libya.
Menurut Ham, misi militer AS jelas, yaitu memberlakukan zona larangan terbang di Libya untuk melindungi warga sipil dari serangan-serangan. "Kami tidak memiliki misi untuk membantu pasukan oposisi jika mereka melakukan operasi serangan," katanya.
Libya kini digempur pasukan internasional, khususnya AS, Inggris, dan Perancis yang melakukan serangan udara sesuai mandat PBB.
Resolusi 1973 DK PBB disahkan pada Kamis lalu ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya, dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Khadafy yang membuat Barat marah. Resolusi itu mengizinkan aksi militer untuk mencegah pasukan Khadafy menyerang warga sipil.
Selama beberapa waktu, hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Khadafy setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, pasukan Khadafy dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.
Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.